Resume CHF
Rabu, 20 Agustus 2014
1 Komentar
RESUME
KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM
PROFESI NERS STIKES DEHASEN
Hari / Tanggal : 24 April 2014
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)
Ruangan : Poli Jantung RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu
1. Definisi
Congestive
Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan
oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak
mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan
air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien
menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal
jantung kongestif (CHF) adalah suatu
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal
jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit
Ardini 2007).
2. Etiologi dan Patofisologi
a. Etiologi
Menurut
Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan
berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1)
Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi
renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2)
Faktor interna (dari dalam jantung)
3)
Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD),
Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
4)
Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan
heart block.
5)
Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan
infark miokard.
6)
Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
3.
Patosiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana
curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart
Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf
otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu
sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi
gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung
dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka
volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir
diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output
pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium,
sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac
output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau
penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral
yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri
koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi
sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang
akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron
juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal
jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan.
Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi
terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
4. Tanda dan Gejala
a.
Peningkatan volume intravaskular.
b.
Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang
meningkat akibat turunnya curah jantung.
c.
Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena
pulmonalis yang menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
d.
Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat
peningkatan tekanan vena sistemik.
e.
Pusing, kekacauan mental (confusion),
keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas
dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ
yang rendah.
f.
Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta
peningkatan volume intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun
(pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
5.
Data
Fokus
Identitas
Klien:
Nama : Tn. S
Umur :
64 thn
No
Register : 54 61 00
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Kampung Bali
6. Riwayat
Kesehatan/ Keperawatan
1)
Riwayat
kesehatan sekarang :
Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada bagian dada
sebelah kiri. Rasa nyerinya sering hilang timbul. Klien tampak meringis dan
klien tampak memegangi dadanya. Klien tampak tidak tenang. Skala nyeri 6.
2)
Riwayat
Kesehatan Dahulu :
Klien pernah dirawat sebelumnya dirumah sakit karena
sakit jantung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota
keluarganya yang menderita penyakit menular dan degeneratif.
7.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu :
37 oc
8.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik
EKG
9. Analisa Data
NO
|
DATA SENJANG
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS :
-
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada sebelah kiri.
-
Klien mengatakan rasa nyerinya sering hilang timbul.
DO :
-
Klien tampak meringis dan klien tampak memegangi dadanya.
-
Klien tampak tidak tenang.
-
Skala nyeri 6.
-
TD : 120/70 mmHg
-
Nadi : 80 x/i
-
Pernafasan : 24 x/i
-
Suhu : 37 oc
|
Agen injuri
|
Nyeri Akut
|
10.
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PERENCANAAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
||
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
||||
1.
|
Nyeri akut berhubungan
dengan
agen injuri
|
NOC :
Ø Pain
Level,
Ø pain
control,
Ø comfort
level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan. klien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Ø Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Ø Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Ø Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Ø Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Ø Tanda
vital dalam rentang normal
Ø Tidak
mengalami gangguan tidur
|
NIC :
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.
2.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
4.
Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
5.
Ajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
6.
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri.
7.
Tingkatkan istirahat.
8.
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
9.
Monitor vital
sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
1.
Agar
pemberian manajemen nyeri kepada klien lebih tepat sesuai kondisi klien.
2.
Untuk
melihat respon nyeri yang dirasakan oleh klien.
3.
Agar klien
dapat istirahat dengan tenang untuk mengurangi intensitas nyeri yang
dirasakan klien.
4.
Agar
penatalaksaan nyeri pada klien lebih tepat.
5.
Untuk
membantu klien dalam mengurangi nyeri yang dirasakan klien.
6.
Sebagai
terapi medikasi
7.
Untuk
memberikan kenyaman pada klien.
8.
Agar klien
dan keluarga dapat memahami nyeri yang terjadi pada klien.
9.
Untuk
mengetaui efek dari penggunaan obat
analgesik pada klien
|
1.
Mengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas.
2.
Mengobservasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Mengajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
4.
Mengajarkan
tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
5.
Memberikan informasi
tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
|
S :
-
Klien masih mengatakan nyeri
O :
-
Klien tampak masih memegang dadanya.
-
Klien tampak meringis
-
Skala nyeri 5
A :
-
Masalah belum teratasi.
O :
-
Intervenis dihentikan, klien pulang kerumah.
|
Play Slots - DMC
BalasHapusFor decades, it has 김해 출장샵 been 속초 출장마사지 used for gaming machines 천안 출장샵 and machines on the Las Vegas Strip, but it also used to build gambling 경상북도 출장안마 machines and poker tables. 사이트 추천 The machines were